Materi 10
Sektor Pertanian
10.1.Sektor Pertanian di
Indonesia
Pertanian dalam
pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan
makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan
manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan
pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu,
terutama yang bersifat semusim.
Usaha pertanian diberi
nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha tani
dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah
liar atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering
(khususnya semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya
lebah). Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibia dan semua
non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek ini
bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan. Semua usaha
pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar
pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit,
metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan
pengemasan produk, dan pemasaran. Karena pertanian industrial selalu menerapkan
pertanian intensif, keduanya sering kali disamakan. Sisi yang berseberangan
dengan pertanian industrial adalah pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture). Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti pertanian
organik atau permakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun
lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan
efisiensinya. Akibatnya, pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang
lebihrendah daripada pertanian industrial. Pertanian modern masa kini biasanya
menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub "ideologi" pertanian
yang disebutkan di atas.
Peranan Sektor Pertanian
Indonesia adalah negara
kepulauan yang memiliki daratan yang sangat luas sehingga mata pencaharian
penduduk sebagian besar adalah pada sektor pertanian. Pertanian dapat dilihat
sebagai suatu yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut:
- ekspansi dari
sektor-sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada pertumbuhan output di
bidang pertanian, baik dari sisi permintaan maupun penawaran sebagai sumber
bahan baku bagi keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti industri
manufaktur dan perdagangan.
- Pertanian berperan
sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan domestik bagi produk-produk
dari sektor-sektor lainnya.
- Sebagai suatu sumber
modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi lainnya.
- Sebagai sumber
penting bagi surplus perdagangan (sumber devisa).
- Kontibusi terhadap kesempatan kerja
Di suatu Negara besar
seperti Indonesia, di mana ekonomi dalam negerinya masih di dominasi oleh
ekonomi pedesaan sebagian besar dari jumlah penduduknya atau jumlah tenaga
kerjanya bekerja di pertanian. Di Indonesia daya serap sektor tersebut pada
tahun 2000 mencapai 40,7 juta lebih. Jauh lebih besar dari sector manufaktur.
Ini berarti sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja
yang tinggi.
Kalau dilihat pola
perubahan kesempatan kerja di pertanian dan industri manufaktur, pangsa
kesempatan kerja dari sektor pertama menunjukkan suatu pertumbuhan tren yang
menurun, sedangkan di sektor kedua meningkat. Perubahan struktur kesempatan
kerja ini sesuai dengan yang di prediksi oleh teori mengenai perubahan struktur
ekonomi yang terjadi dari suatu proses pembangunan ekonomi jangka panjang,
yaitu bahwa semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin kecil peran dari
sektor primer, yakni pertambangan dan pertanian, dan semakin besar peran dari
sektor sekunder, seperti manufaktur dan sektor-sektor tersier di bidang
ekonomi. Namun semakin besar peran tidak langsung dari sektor pertanian, yakni
sebagai pemasok bahan baku bagi sektor industri manufaktur dan sektor-sektor
ekonomi lainnya.
- Kontribusi devisa
Pertanian juga
mempunyai kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat
peningkatan ekspor dan atau pengurangan tingkat ketergantungan Negara tersebut
terhadap impor atas komoditi pertanian. Komoditas ekspor pertanian Indonesia
cukup bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara,
hingga berbagai macam sayur dan buah.
Peran pertanian dalam
peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan perannya dalam bentuk kontribusi
produk. Kontribusi produk dari sector pertanian terhadap pasar dan industri
domestic bisa tidak besar karena sebagian besar produk pertanian di ekspor atau
sebagian besar kebutuhan pasar dan industri domestic disuplai oleh
produk-produk impor. Artinya peningkatan ekspor pertanian bisa berakibat negative
terhadap pasokan pasar dalam negeri, atau sebaliknya usaha memenuhi kebutuhan
pasar dalam negeri bisa menjadi suatu factor penghambat bagi pertumbuhan ekspor
pertanian. Untuk mengatasinya ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menambah
kapasitas produksi dan meningkatkan daya saing produknya. Namun bagi banyak
Negara agraris, termasuk Indonesia melaksanakan dua pekerjaan ini tidak mudah
terutama karena keterbatasan teknologi, SDM, dan modal.
- Kontribusi terhadap produktivitas
Banyak orang memperkirakan
bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk di dunia yang tetap tinggi setiap tahun,
sementara lahan-lahan yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan pertanian semakin
sempit, maka pada suatu saat dunia akan mengalami krisis pangan (kekurangan
stok), seperti juga diprediksi oleh teori Malthus. Namun keterbatasan stok
pangan bisa diakibatkan oleh dua hal: karena volume produksi yang rendah ( yang
disebabkan oleh faktor cuaca atau lainnya), sementara permintaan esar karena
jumlah penduduk dunia bertambah terus atau akibat distribusi yang tidak merata
ke sluruh dunia.
Mungkin sudah merupakan
evolusi alamiah seiring dnegan proses industrialisasi dimana pangsa output
agregat (PDB) dari pertanian relatif menurun, sedangkan dari industri
manufaktur dan sektor-sektor skunder lainnya, dan sektor tersier meningkat.
Perubahan struktur ekonomi seperti ini juga terjadi di Indonesia. Penurunan
kontribusi output dari pertanian terhadap pembentukan PDB bukan berarti bahwa
volume produksi berkurang (pertumbuhan negatif). Tetapi laju pertumbuhan
outputnya lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan output di sektor-sektor
lain.
Bukan hanya dialami
oleh Indinesia tetapi secara umum ketergantungan negara agraris terhadap impor
pangan semakin besar, jika dibandingkan dengan 10 atau 20 tahun yang lalu,
misalnya dalam hal beras. Setiap tahun Indonesia harus mengimpor beras lebih
dari 2 juta ton. Argumen yang sering digunakan pemerintah untuk membenarkan
kebijakan M-nya adalah bahwa M beras merupakan suatu kewajiban pemerintah yang
tak bisa dihindari, karena ini bukan semata-mata hanya menyangkut pemberian
makanan bagi penduduk, tapi juga menyangkut stabilitas nasional (ekonomi,
politik, dan sosial).
Kemampuan Indonesia
meningkatkan produksi pertanian untuk swasembada dalam penyediaan pangan sangat
ditentukan oleh banyak faktor eksternal maupun internal. Satu-satunya faktor
eksternal yang tidak bisa dipengaruhi oleh manusia adalah iklim, walaupun
dengan kemajuan teknologi saat ini pengaruh negatif dari cuaca buruk terhadap
produksi pertanian bisa diminimalisir. Dalam penelitian empiris, factor iklim
biasanya dilihat dalam bentuk banyaknya curah hujan (millimeter). Curah hujan
mempengaruhi pola produksi, pola panen, dan proses pertumbuhan tanaman.
Sedangkan factor-faktor internal, dalam arti bisa dipengaruhi oleh manusia, di
antaranya yang penting adalah lusa lahan, bibit, berbagai macam pupuk (seperti
urea, TSP, dan KCL), pestisida, ketersediaan dan kualitas infrastruktur,
termasuk irigasi, jumlah dan kualitas tenaga kerja (SDM), K, dan T. kombinasi
dari faktor-faktor tersebut dalam tingkat keterkaitan yang optimal akan
menentukan tingkat produktivitas lahan (jumlah produksi per hektar) maupun
manusia (jumlah produk per L/petani). Saat ini Indonesia, terutama pada sektor
pertanian (beras) belum mencukupi kebutuhan dalam negeri. Ini berarti Indonesia
harus meningkatkan daya saing dan kapasitas produksi untuk menigkatkan
produktivitas pertanian.
SEKTOR PERTANIAN DI
INDONESIA
Struktur perekonomian
Indonesia merupakan topik strategis yang sampai sekarang masih menjadi topik
sentral dalam berbagai diskusi di ruang publik. Gagasan mengenai
langkah-langkah perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, dengan
mempertimbangkan usaha mempersempit jurang ketimpangan sosial dan pemberdayaan daerah,
sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan kiranya perlu kita evaluasi kembali
sesuai dengan konteks kekinian dan tantangan perekonomian Indonesia di era
globalisasi.
maka sektor pertanian
menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan
berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan
Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita
juga semakin kuat.
Struktur tenaga kerja
kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS
2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05
persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari
1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan
restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
tenaga kerja ada di
sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor
kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen.
Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang
kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak
dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang
pertumbuhannya paling tinggi.
Data ini juga
menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas
tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan
permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita
mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.
Strategi pertama adalah
melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, dan
pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru
bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti
ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam
meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini
adalah insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam
pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja dan
lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih menarik.
Strategi kedua adalah
dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain yang akan
menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor
yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan
restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan,
listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di sektor
ini.
Struktur perekonomian
Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah perekonomian yang dilakukan di
masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga telah menunjukkan bahwa sektor
pertanian masih menjadi sektor penting yang membuka banyak lapangan pekerjaan
bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga menyediakan pangan bagi
masyarakat Indonesia
Sumber:
Ø http://rudysmokers.blogspot.com/2014/01/makalah-sektor-pertanian-di-indonesia.html
Ø http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_tukar_petani
Ø http://salsyifa.blogspot.com/2015/04/tugas-softskill-bab-7.html
Ø http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/02/15/keterkaitan-pertanian-dengan-industri-manufaktur-439256.html
Ø http://amel-lia90.blogspot.com/2011/04/bab-6-sektor-pertanian.html







Posting Komentar