Materi 6/7
Kemiskinan dan Kesenjangan
6/7.6.Kemiskinan di Indonesia
permasalahan yang harus dihadapi dan diselesaikan
oleh pemerintah indonesia saat ini adalah kemiskinan, disamping masalah-masalah
yang lainnya. dewasa ini pemerintah belum mampu menghadapi atau menyelesaikan
permasalahan kemiskinan.
Menurut Remi dan Tjiptoherijanto (2002:1) upaya
menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia telah dimulai awal tahun 1970-an
diantaranya melalui program Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan Bantuan Desa
(Bandes). Tetapi upaya tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun
1980-an, yang juga berarti upaya penurunan kemiskinan di tahun 1970-an tidak
maksimal, sehingga jumlah orang miskin pada awal 1990-an kembali naik.
Disamping itu kecenderungan ketidakmerataan pendapatan nasional melebar yang
mencakup antar sektor, antar kelompok, dan ketidakmerataan antar wilayah.
berdasarkan data Bank Dunia jumlah penduduk
miskin Indonesia pada tahun 2002 bukanlah 10 sampai 20% tetapi telah mencapai
60% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 215 juta
jiwa.
Hal ini diakibatkan oleh ketidakmampuan mengakses
sumber-sumber permodalan, juga karena infrastruktur yang juga belum mendukung
untuk dimanfaatkan masyarakat memperbaiki kehidupannya, selain itu juga karna
SDM, SDA, Sistem, dan juga tidak terlepas dari sosok pemimpin. Kemiskinan harus
diakui memang terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia
sebagai negara bangsa, bahkan hampir seluruh energi dihabiskan hanya untuk
mengurus persoalan kemiskinan. Yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah,
mengapa masalah kemiskinan seakan tak pernah habis, sehingga di negara ini,
rasanya tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan kemiskinan.
Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang
berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya
investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan,
kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus
perpindahan dari desa ke kota dengan tujuan memperbaiki kehidupan, dan yang
lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan,
sandang dan papan secara terbatas. Kemiskinan menyebabkan masyarakat desa rela
mengorbankan apa saja demi keselamatan hidup, kemiskinan menyebabkan banyak
orang melakukan prilaku menyimpang, harga diri diperjual belikan hanya untuk
mendapatkan makan. Si Miskin rela mempertaruhkan tenaga fisik untuk memproduksi
keuntungan bagi mereka yang memiliki uang dan memegang kendali atas sektor
perekonomian lokal dan menerima upah yang tidak sepadan dengan biaya tenaga
yang dikeluarkan. Para buruh bekerja sepanjang hari, tetapi mereka menerima
upah yang sangat sedikit. Bahkan yang lebih parah, kemiskinan telah membuat
masyarakat kita terjebak dalam budaya memalas, budaya mengemis, dan
menggantungkan harapannya dari budi baik pemerintah melalui pemberian bantuan.
kemiskinan juga dapat meningkatkan angka kriminalitas, kenapa penulis
mengatakan bahwa kemiskinan dapat meningkatkan angka kriminalitas, jawabannya
adalah karna mereka (simiskin) akan rela melakukan apa saja untuk dapat
mempertahankan hidupnya, baik itu mencuri, membunuh, mencopet, bahkan jika ada
hal yang lebih keji dari itu ia akan tega dan berani melakukannya demi
hidupnya. Kalau sudah seperti ini siapa yang harus kita salahkan. kemiskinan
seakan menjadi sebuah fenomena atau sebuah persoalan yang tak ada
habis-habisnya, pemerintah terkesan tidak serius dalam menangani persoalan
kemiskinan, pemerintah lebih membiarkan mereka mengemis dan mencuri ketimbang
memikirkan cara untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat kemiskinan dan
membebaskan Negara dari para pengemis jalanan karna kemiskinan.
Perkembangan
Tingkat Kemiskinan di Indonesia
tahun 1976 sampai 2007.
jumlah penduduk miskin di Indonesia pada periode
1976-2007 berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 1976 penduduk miskin
sekitar 54,2 juta jiwa (sekitar 44,2 juta jiwa di perdesaan, dan sekitar 10
juta jiwa di perkotaan). Angka ini pada tahun 1980 berkurang hingga menjadi
sekitar 42,3 juta jiwa (sekitar 32,8 juta jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,5
juta jiwa di perdesaan), atau berkurang sekitar 21,95 persen dari tahun 1976.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk miskin berkurang hingga menjadi sekitar 27,2
juta jiwa (sekitar 17,8 juta jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,4 juta jiwa di
perdesaan), atau berkurang sekitar 35,69 persen dari tahun 1980. Pada tahun
1996 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan hingga mencapai sekitar 34,5
juta jiwa (sekitar 24,9 juta jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,6 juta jiwa di
perdesaan). Dibandingkan dengan tahun 1990, angka ini menurun sekitar 20,87
persen. Namun, pada tahun 2002 jumlah penduduk miskin kembali meningkat hingga
menjadi sekitar 38,4 juta jiwa. Sementara, pada tahun 2007 jumlah penduduk
miskin menurun hingga menjadi sekitar 37.17 juta jiwa. Fluktuasi jumlah
penduduk miskin di Indonesia disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi,
pertambahan jumlah penduduk tiap tahun, pengaruh kebijakan pemerintah dan
sebagainya.(Badan Pusat Statistik).
Tahun 2007–Maret 2008
Analisis tren tingkat kemiskinan antara kondisi
Maret 2007 dan Maret 2008 dimaksudkan untuk mengetahui perubahan tingkat
kemiskinan selama setahun terakhir. Garis kemiskinan pada periode Maret
2007-Maret 2008 mengalami peningkatan sebesar 9,56 persen, yaitu dari
Rp.166.697,- per kapita per bulan pada Maret 2007 menjadi Rp.182.636,- per
kapita per bulan pada Maret 2008. Hal yang sama juga terjadi di perkotaan dan
di perdesaan masing-masing meningkat sebesar 9,02 persen dan 10,21 persen.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta
orang (15,42 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2007 yang
berjumlah 37,17 juta (16,58 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun
sebesar 2,21 juta (Tabel 4.3). Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan turun
lebih tajam dari pada daerah perkotaan. Selama periode Maret 2007-Maret 2008,
penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,42 juta, sementara di daerah
perkotaan berkurang 0,79 juta orang. Persentase penduduk miskin antara daerah
perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada bulan Maret 2007, sebagian
besar (63,52 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan, sementara pada
bulan Maret 2008 persentase ini hampir sama yaitu 63,47 persen. (Badan Pusat
Statistik).
Sumber:
Ø http://ayuferakurnia.blogspot.com/2015/04/tugas-perekonomian-indonesia-softskill.html
Ø http://e-journal.uajy.ac.id/1756/3/2EP15294.pdf
Ø http://ayuferakurnia.blogspot.com/2015/04/tugas-perekonomian-indonesia-softskill.html
Ø https://sarulmardianto.wordpress.com/kemiskinan-di-indonesia/
Ø http://whildgunman.blogspot.com/2015/04/tugas-softskill-artikel-kemiskinan-di.html
Ø http://usernamesintia.blogspot.com/2015/04/kebijakan-anti-kemiskinan.html







Posting Komentar