Materi
2/3
Sejarah Ekonomi Indonesia
2/3.3.Sistem Tanam Paksa
Sejak VOC dibubarkan tahun 1799, daerah-daerah yang
menjadi kekuasaannya diambil alih oleh pemerintah kerajaan Belanda. Kebijakan
'Culture Stelsel' dilaksanakan untuk mengeruk kekayaan bumi Indonesia tanpa mau
memperhatikan rakyat Indonesia dibawah pimpinan Van Den Bosch. Secara teoritis,
peraturan yang ditetapkan dalam sistem tanam paksa tidak memberatkan. Akan
tetapi dalam prakteknya, banyak sekali penyimpangan yang dilakukan dalam sistem
ini. Penyimpangan pelaksanaan sistem tanam paksa sebagai berikut:
Dalam perjanjian, tanah yang digunakan untuk 'cultur
stelsel' adalah seperlima sawah, namun dalam prakteknya dijumpai lebih dari
seperlima tanah, yaitu sepertiga dan bahkan setengah dari sawah milik pribumi.
Tanah petani yang dipilih hanya tanah yang subur,
sedangkan rakyat hanya mendapat tanah yang tidak subur.
Tanah yang digunakan untuk penanaman tetap saja dikenakan
pajak sehngga tidak sesuai dengan perjanjian.
Kelebihan hasil tidak dikembalikan kepada rakyat
atau pemilik tanah, tetapi dipaksa untuk dijual kepada pihak Belanda dengan
harga yang sangat murah.
Waktu untuk bekerja untuk tanaman yang dikehendaki pemerintah
Belanda, jauh melebihi waktu yang telah ditentukan. Waktu yang ditentukan
adalah 65 hari dalam setahun, namun dalam pelaksanaannya adalah 200 sampai 225
hari dalam setahun.
Penduduk yang tidak memiliki tanah dipekerjakan di
perkebunan Belanda, dengan waktu 3-6 bulan bahkan lebih.
Tanaman pemerintah harus didahulukan baru kemudian
menanam tanaman mereka sendiri. Kadang-kadang waktu untuk menanam, tanamannya
sendiri itu tinggal sedikit sehingga hasilnya kurang maksimal.
Kerusakan tanaman tetap ditanggung petani.
A. PENYIMPANGAN SISTEM TANAM PAKSA
Pelaksanaan Sistem Tanam Paksa banyak menyimpang
dari ketentuan pokok dan cenderung mengadakan eksploitasi agraris yang
semaksimal mungkin. Oleh karena itu, Sistem Tanam Paksa mengakibatkan
penderitaan bagi rakyat pedesaan di Pulau Jawa. Adapun penderitaan bangsa
Indonesia akibat pelaksanaan sistem Tanam Paksa diantaranya:
Rakyat makin miskin karena sebagian tanah dan
tenaganya harus disumbangkan secara cuma-cuma kepada Belanda.
Sawah dan ladang menjadi terlantar karena kewajiban
kerja paksa yang berkepanjangan mengakibatkan penghasilan menurun.
Beban rakyat makin berat karena harus menyerahkan
sebagian tanah dan hasil panen, membayar pajak, mengikuti kerja rodi, serta
menanggung risiko apabila panen gagal.
Akibat bermacam-macam beban, menimbulkan tekanan
fisik dan mental yang berkepanjangan.
Bahaya kelaparan dan wabah penyakit timbul di
mana-mana sehingga angka kematian meningkat drastis. Bahaya kelaparan yang
menimbulkan korban jiwa terjadi di daerah Cirebon (1843), Demak (1849), dan
Grobogan (1850). Kejadian itu telah mengakibatkan penurunan jumlah penduduk
secara drastis. Di Demak jumlah penduduknya yang semula 336.000 jiwa turun
sampai dengan 120.000 jiwa, di Grobogan dari 89.500 turun sampai dengan 9.000
jiwa. Demikian pula yang terjadi di daerah-daerah lain, penyakit busung lapar
(hongerudeem) merajalela.
Pelaksanaan sistem tanam Paksa menyebabkan bangsa
Indonesia menderita, sehingga muncul reaksi berupa perlawanan. Pada sisi yg
lain, orang-orang Belanda sendiri juga banyak yang menentangnya. Sistem tanam
paksa ditentang, baik secara perseorangan maupun melalui parlemen di Negeri
Belanda.
B. DAMPAK TANAM PAKSA
1. Bagi Belanda
Meningkatnya hasil tanaman ekspor dari negeri
jajahan dan dijual Belanda di pasaran Eropa.
Perusahaan pelayaran Belanda yang semula hampir
mengalami kerugian, tetapi pada masa tanam paksa mendapatkan keuntungan.
Belanda mendapatan keuntungan yang besar,
keuntungantanam paksa pertama kali pada tahun 1834 sebesar 3 juta gulden, pada
tahun berikutnya rata-rata sekitar 12 sampai 18 juta gulden.
Kas belanda yang semula kosong dapat dipenuhi.
Penerimaan pendapatan melebihi anggaran belanja.
Belanda tidak mengalami kesulitan keuangan lagi dan
mampu melunasi utang-utang Indonesia.
Menjadikan Amsterdam sebagai pusat perdagangan hasil
tanaman tropis.
2. Bagi Indonesia
Kemiskinan dan penderitaan fisik dan mental yang
berkepanjangan.
Beban pajak yang berat.
Pertanian, khusunya padi banyak mengalami kegagalan
panen.
Kelaparan dan kematian terjadi di mana-mana.
Pemaksaan bekerja sewenang-wenang kepada penduduk
pribumi.
Jumlah penduduk Indonesia menurun.
Segi positifnya, rakyat Indonesia mengenal teknik
menanam jenis-jenis tanaman baru.
Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman dagang yang
laku dipasaran ekspor Eropa.
Memperkenalkan teknoligo multicrops dalam pertanian.
C. PENGARUH SISTEM TANAM PAKSA DI MASYARAKAT
1. Bidang Sosial
Dalam bidang pertanian, khususnya dalam struktur
agraris tidak mengakibatkan adanya perbedaan antara majikan dan petani kecil
penggarap sebagai budak, melainkan terjadinya homogenitas sosial dan ekonomi
yang berprinsip pada pemerataan dalam pembagian tanah. (Sartono, 1987: 321).
Ikatan antara penduduk dan desanya semakin kuat hal
ini malahan menghambat perkembangan desa itu sendiri.Penduduk lebih senang
tinggal di desanya, mengakibatkan terjadinya keterbelakangan dan kurangnya
wawasan untuk perkembangan kehidupan penduduknya.
Tanam paksa secara tidak sengaja juga membantu
kemajuan bagi bangsa Indonesia, dalam hal mempersiapkan modernisasi dan membuka
jalan bagi perusahaan-perusahaan partikelir bagi bangsa Indonesia sendiri.
Peranan bahasa melayu dan bahasa daerah dikalangan
penguasa.
2. Bidang Ekonomi
Dengan adanya tanam paksa tersebut menyebabkan
pekerja mengenal sistem upah yang sebelumnya tidak dikenal oleh penduduk,
mereka lebih mengutamakan sistem kerjasama dan gotongroyong terutama tampak di
kota-kota pelabuhan maupun di pabrik-pabrik gula.
Dalam pelaksanaan tanam paksa, penduduk desa
diharuskan menyerahkan sebagian tanah pertaniannya untuk ditanami tanaman
eksport, sehingga banyak terjadi sewa menyewa tanah milik penduduk dengan
pemerintah kolonial secara paksa. Dengan demikian hasil produksi tanaman
eksport bertambah,mengakibatkan perkebunan-perkebunan swasta tergiur untuk ikut
menguasai pertanian di Indonesia di kemudian hari.(Burger, 1977: 18).
Akibat lain dari adanya tanam paksa ini adalah
timbulnya “kerja rodi” yaitu suatu kerja paksa bagi penduduk tanpa diberi upah
yang layak, menyebabkan bertambahnya kesengsaraan bagi pekerja. Kerja rodi oleh
pemerintah kolonial berupa pembangunan-pembangunan seperti; jalan-jalan raya,
jembatan, waduk, rumah-rumah pesanggrahan untuk pegawai pemerintah kolonial,
dan benteng-benteng untuk tentara kolonial.
Sumber:
Ø https://muhmadrizal843.wordpress.com/sejarah/pra-kolonialisme/
Ø http://manfaat-pengetahuan.blogspot.com/2013/10/sistem-monopoli-perdagangan-oleh-voc.html
Ø https://elkace.wordpress.com/2008/12/05/sitem-ekonomi-liberal-kapitalis/
Ø http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2012/09/sistem-tanam-paksa-dan-dampaknya.html
Ø http://panggilajabebz.blogspot.com/2015/03/tugas-softskill.html







Posting Komentar